Teks Khutbah Jumat: Isi kemerdekaanmu dengan rasa syukur

Hari Kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada hari Kamis, 17 Agustus 2023 merupakan momen yang sangat berkesan dan tak terhapuskan bagi seluruh jiwa rakyat Indonesia. Dalam rangka ulang tahun ke-78 ini, kemerdekaan Indonesia telah selesai selama lebih dari setengah abad, waktu yang singkat tetapi juga waktu yang lama.

Alhamdulillah sampai saat ini Indonesia tetap menjadi rumah bagi kita yang ramah, toleran dan nyaman. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita semua bersyukur kepada Tuhan atas nikmat kemerdekaan ini.

Dikutip dari NU Online, berikut adalah contoh khutbah Jumat bertema kemerdekaan berjudul “Mari Kita Isi Kemerdekaan Dengan Syukur”. Semoga kita selalu mensyukuri nikmat kemerdekaan NKRI yang ke 78 ini.

Khutbah I

الحَمْدُ للهِ الّذِي لَهُ مَا فِي السمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ وَلَهُ الحَمْدُ فِي الآخرَة الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وهو الرّحِيم الغَفُوْر. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ. اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ 

Jamaah Sholat Jum'at, Rahikumullah,

Di awal khutbah singkat ini, ustadz berpesan agar setiap dari kita khususnya ustadz sendiri selalu berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Jamaah Sholat Jum'at, Rahikumullah,

Bulan ini merupakan bulan yang sangat indah dan diberkahi, menurut penanggalan Hijriah, kini selalu berada di bulan Muharram, salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT, dan menurut penanggalan Masehi kita berada di bulan Agustus juga merupakan bulan yang mulia. bagi rakyat Indonesia, karena merupakan hari peringatan kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan kolonial. Dalam hal ini, kita sebagai umat Islam Indonesia harus mensyukuri nikmat tersebut dengan mengisi kebebasan dengan hal-hal baik yang mengandung ibadah, bukan mengisinya dengan hal-hal yang buruk, jauh dan maksiat.

Raja kedua, Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallahu' pernah berkata:


"Sejak kapan kamu memperbudak orang, ketika ibu mereka melahirkan mereka sebagai orang merdeka." (Kitab al-Wilhayah 'alal Buldân fî 'Ashril Khufâ' ar-Râsyidîn)

Sayyidina Umar menyampaikannya dengan nada bertanya-tanya, namun pada kenyataannya ia menyelidiki persepsi kita tentang sifat manusia. Menurutnya, kodrat manusia adalah kebebasan. Anak-anak yang lahir ke dunia tidak hanya murni tetapi juga bebas dari segala bentuk penindasan.

Jadi, kolonialisme pada hakekatnya adalah proses peniadaan fitrah manusia. Inilah mengapa Islam membolehkan pembelaan diri ketika ketidakadilan menimpa diri sendiri. Faktanya, pada tingkat kolonial yang mengancam jiwa, umat Islam diizinkan secara hukum untuk berperang. Perang dalam konteks ini adalah untuk membela diri (defence), bukan perang dengan motif ofensif (ofensif). Hal ini juga yang dilakukan oleh para ulama, mahasiswa, dan umat Islam negeri ini ketika menghadapi penjajah Belanda dan Jepang di masa lalu. Perjuangan mereka dilancarkan dengan berbagai elemen dari negara lain, yang tidak hanya berbeda suku dan daerah, tetapi juga berbeda agama dan kepercayaan. Sebab, kemerdekaan itu sebenarnya urusan orang pada umumnya, bukan hanya golongan tertentu. Islam mengakuinya sebagai nilai universal. 

Jamaah sholat Jumat rahimakumullah, 

Tanah air menjadi elemen penting dalam perjuangan tersebut. Tanah air tidak ubahnya rumah yang dihuni jutaan bahkan ratusan juta manusia. Islam mengakui hak atas keamanan tempat tinggal dan memperbolehkan melakukan pembelaan bila terjadi ancaman yang membahayakannya. Al-Qur’an bahkan secara tersirat menyejajarkan posisi agama dan tanah air dalam surah Al-Mumtahanah ayat 8: 

 لَا يَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ  

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8)

Pakar ilmu tafsir, KH Quraish Shihab menjelaskan bahwa ayat tersebut menyampaikan pesan bahwa Islam mempersatukan agama dan tanah air. Kedua Al-Qur'an dijadikan alasan untuk terus berbuat baik dan berbuat adil. Al-Quran menjamin kebebasan beragama sekaligus menjamin tempat tinggal yang mandiri. Tak heran jika sebagian ulama mencetuskan jargon hubbul wathan iman terakhir (cinta tanah air sebagian dari iman).

Jamaah Sholat Jum'at, Rahikumullah,

Jadi, cara pertama yang bisa kita lakukan untuk merayakan Hari Kemerdekaan ini adalah dengan mengucapkan terima kasih yang tulus dan sepenuh hati karena telah melindungi agama dan negara kita dari belenggu penjajahan yang menyedihkan. Karena nikmat terbesar setelah iman adalah kedamaian (a'dhamun ni'ami ba'dal îmân billâh ni'matul aman).


Lalu bagaimana kita merayakan kemerdekaan ini?

Pertama, selalu penuhi kemandirian dengan meningkatkan pengabdian yang saleh kepada Tuhan. Mengamalkan Syariah dengan tenang adalah anugerah terindah di antara sebagian saudara kita di belahan dunia lain yang sedang berjuang mencari kedamaian. Umat ​​Islam Indonesia patut berterima kasih kepadanya dengan selalu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan berbuat baik kepada sesama. Perlombaan terbaik saat ini adalah perlombaan untuk menjadi yang paling saleh karena disitulah kemuliaan dapat diraih.

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ 

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13) 

Kedua, cintai negeri ini, perhatikan berbagai kelebihan dan kekurangan keberadaannya. Kami mendukung semua upaya yang bermanfaat bagi masyarakat, sementara kami menolak upaya yang merugikan masyarakat.

Mendukung kepentingan umum dapat dimulai dengan partisipasi sendiri dalam kemajuan masyarakat, kontribusi untuk kerjasama bersama, atau kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Sebaliknya, mencegah kerusakan berarti menjauhkan negara dari berbagai bahaya, seperti bencana, korupsi, kejahatan, dan lain-lain.

Itu mewujudkan sikap amar ma'ruf nahi munkar pada umumnya. Menyerukan kebaikan dan menolak kejahatan dilakukan sebagai bagian dari pengembangan masyarakat. Tujuannya adalah untuk menciptakan kehidupan yang lebih harmonis, adil dan sejahtera. Termasuk dalam praktik ini adalah menghargai pemerintah ketika kebijakan yang diterapkan bermanfaat dan mengkritik tanpa ragu ketika kebijakan pemerintah menyimpang dari kepentingan bersama. 

Jamaah sholat Jumat rahimakumullah,  

Al-Imam Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali dalam Ihyâ’ ‘Ulûmid Dîn mengatakan: 

 المُلْكُ وَالدِّيْنُ تَوْأَمَانِ فَالدِّيْنُ أَصْلٌ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ وَمَا لَا أَصْلَ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَمَا لَا حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ  

“Kekuasaan (negara) dan agama merupakan dua saudara kembar. Agama adalah landasan, sedangkan kekuasaan adalah pemelihara. Sesuatu tanpa landasan akan roboh. Sedangkan sesuatu tanpa pemelihara akan lenyap.” 

Al-Ghazali dalam pernyataannya ini seolah menegaskan bahwa ada hubungan simbiosis yang tidak terpisahkan antara agama dan negara. Alih-alih bertentangan, keduanya menampilkan diri dalam keadaan saling mendukung. Negara membutuhkan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam agama, sedangkan agama membutuhkan “rumah” yang mampu mempertahankan kelangsungannya secara aman dan damai.

Indonesia adalah berkah yang sangat penting. Kita bersyukur bahwa dasar negara kita selaras dengan hakikat ajaran Islam. Kemerdekaan belum sepenuhnya tercapai di semua bidang. Namun, sebagai warga negara yang baik, tugas kita bukan hanya untuk mengadukan keadaan, tetapi juga ikut serta memperbaiki keadaan dalam kerangka ekspresi kegaduhan. Semoga Allah subhânahu wata'âlā selalu melindungi negara dan agama kita dari musibah agar kita bisa mewariskannya kepada generasi yang akan datang. Wallahu a'lam. 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا 

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ 

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak